Belajar dari Nek Rukyah, Mundur dari Penerima PKH dengan Alasan Malu Sama Allah
Namanya Rukyah, usianya 70 tahun. Saat ini tinggal di Desa Ulee Pasi Ara, Kecamatan Woyla Barat, Kabupaten Aceh Barat.
Nenek lanjut usia ini bersama suaminya Nyak Man (73), sejak tahun 2016 lalu merupakan Keluarga Penerima Manfaat Program Keluarga Harapan (PKH)
Pasangan suami instri yang telah berusia senja ini sebenarnya memang layak menjadi penerima PKH. Selain tidak punya harta benda, keduanya juga tidak mampu lagi bekerja lantaran tenaga yang telah digerus usia.
Namun awal tahun 2020 ini, Nek Rukyah minta namanya digraduasi atau dicoret dari daftar penerima PKH. Alasannya, ia malu kepada Allah jika terus menerima bantuan tersebut, lantaran menurutya selama ini Allah telah banyak memberinya nikmat, namun masih kufur dengan bantuan.
“Saya mengundurkan diri karena saya malu sama Allah, tidak sanggup saya pertanggung jawabkan nanti,” cerita Thia Novia Rizal, pendamping PKH Kecamatan Woyla Barat, mengulangi ucapan nek Rukyah kepada AJNN, Minggu (1/3).
Rukyah menyampaikan pernyataan mengundurkan diri ketika dirinya hendak menempelkan stiker Keluarga Miskin Penerima Bantuan PKH, di rumah pasutri itu.
Padahal, kata dia, Nek Rukyah dan suaminya sebenarnya masih sangat layak menerima bantuan yang dijatah Rp 2,4 juta setiap tahun bagi lansia itu. Pasalnya selain tidak memiliki harta benda, keduanya juga sudah tidak lagi bekerja.
“Selama ini sebenarnya nek Rukyah untuk makan saja terkadang mengandalkan sedekah dari tetangga, tapi dia malah mengundurkan diri karena alasan malu sama Allah,” ungkapnya.
Pasangan suami istri ini, kata dia, sebenarnya dikarunia tujuh orang anak dan semuanya telah menikah. Namun anak-anaknya juga semuanya kurang mampu bahkan ada anaknya yang masih menjadi penerima PKH.
Cerita Nek Rukyah ini justru berbanding terbalik dengan Hasniah, warga Desa Lhueng Baro, Kecamatan Woyla Barat.
Meski telah mampu, namun tetap tidak mau mengundurkan diri dari penerima bantuan PKH.
Dikatakannya, Hasniah (37) sebelum menjadi KPM PKH sejak tahun 2013. Saat masuk daftar peneriman PKH, Hasniah masih kategori keluarga kurang mampu dan tinggal digubuk sempit.
Sejak dua tahun terakhir, kehidupan Hasniah menjadi lebih baik dan sejahtera, dengan rumah permanen yang dibangun suaminya meski belum rampung seratus persen jika dilihat dari kondisi saat ini. “Mereka saat ini juga sudah punya mesin traktor sendiri dan disewakan, sehingga penghasilannya lumayan,” sebutnya.
Hasniah tidak mau mundur sebagai penerima PKH karena permintaan suaminya yang meminta untuk tidak perlu mundur dar penermima PKH meski sudah tergolong keluarga mampu, sehingga memilih rumah mereka ditempelkan stiker bertuliskan keluarga miskin penerima bantuan PKH.
Meski tidak mau mundur, ia mengaku tetap telah memasukkan Hasniah dalam daftar graduasi dari Penerima PKH lantaran dinilai dari segi kemampuan sudah tidak layak lagi menjadi penerima PKH.
“Sebenarnya Hasniah memang berkeinginan untuk mundur, tapi suaminya yang tidak ngasih. Kata suaminya nanti mundur kalau kita sudah umroh empat kali. Tapi meski tidak mau mundur, telah masuk catatan kita untuk kita graduasi. Sebelumnya kita sengaja tidak keluarkan dulu biar Hasniah mundur sukarela, tapi karena tidak mau terpaksa kita langsung yang keluarkan,” ujarnya.
0 Response to "Belajar dari Nek Rukyah, Mundur dari Penerima PKH dengan Alasan Malu Sama Allah"
Posting Komentar